Wednesday, April 27, 2011

AUDIT SIKLUS PENJALAN DAN PENAGIHAN; TES PENGAWASAN DAN TES SUBSTANTIF

1. Tujuan menyeluruh adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara wajar sesuai standar akuntansi yang berlaku umum .

2. Siklus penjualan dan penerimaan kas adalah siklus yang meliputi keputusan dan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan, dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan barang/jasa menjadi piutang usaha dan menjadi kas.

3,

Golongan Transaksi

Account terkait

Fungsi Bisnis

Dokumen dan Catatan

Penjualan

à Penjualan

à Piutang Usaha

à Pemrosesan order pelanggan

à Persetujuan penjualan kredit

à Pengiriman barang

à Penagihan ke konsumen dan pencatatan penjualan

Order pelanggan, order penjualan, order pelanggan atau order penjualan, dokumen pengiriman, faktur penjualan, jurnal penjualan, laporan ikhtisar penjualan, berkas induk piutang usaha, neraca saldo piutang usaha, rekening bulanan

Penerimaan kas

à Kas di Bank

à Piutang usaha

Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas

Nota pembayaran, Daftar penerimaan kas, Jurnal penerimaan kas

Retur dan pengurangan harga penjualan

à Retur dan pengurangan harga penjualan

à Piiutang usaha

Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan

Nota Kredit, Jurnal retur dan pengurangan harga penjualan

Penghapusan piutang tak tertagih

à Piutang Usaha

à Penyisiha piutang tak tertagih

Penghapusan piutang tak tertagih

Formulir otorisasi penghapusan piutang

Beban piutang tak tertagih

à Beban piutang tak tertagih

à Penyisihan piutang tak tertagih

Penyisihan piutang

-








4. perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penjualan

a. Memahami struktur pengendalian intern penjualan : mempelajari flow chart sistem penjualan klien, menyiapkan kuisioner untuk pengendalian intern, dan menjalankan uji “walkthrough” atas penjualan.

b. Menaksir resiko pengendalian yang direncanakan : terdiri dari empat tahap:

1) Menentukan kerangka acuan, terdapat 6 tujuan audit berkait transaksi yaitu:

a) Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan kepada pelanggan yang nonfiktif (existency)

b) Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)

c) Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim, ditagih dan dicatat dengan benar (akurasi)

d) Transaksi penjualan diklasifikasi dengan sesuai

e) Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat

f) Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk, dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran)

2) Mengidentifikasi pengendalian intern kunci untuk penjualan dan kelemahannya.

3) Memadukan pengendalian intern kunci dan kelemahannya tersebut dengan tujuan audit

4) Menaksir resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi kelemahan dan pengendalian tujuan

c. Evaluasi untung rugi pengujian atas pengendalian.

d. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan, untuk mengurangi resiko pengendalian yang ditetapkan.

e. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan apakah ada kesalahan moneter atau penyimpangan dalam transaksi penjualan. Pengujian substantif untuk transaksi penjualan antara lain sbb:

1) Untuk meyakini bahwa penjualan yang dicatat benar-benar ada

2) Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat

3) Penjualan dicatat secara akurat

4) Penjualan yang dicatat telah diklaisifikasikan dengan semestinya

5) Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat

6) Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya di berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar

5. Perancangan pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif transaksi penjualan tersebut berguna untuk membantu auditor dalam merancang audit program yang efektif dan efisien dalam memenuhi tujuan audit pada suatu situasi tertentu

6. Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas pada dasarnya sama dengan metode yang dikembangkan untuk penjualan.

7. Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka acuan audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas. Yaitu identifikasi kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan kemungkinan terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor terhadap hal ini antara lain:

  1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang yang paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri dari nota pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa pengujian ini akan efektif kalau kas didaftar di cash register tape

b. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah rekonsiliasi bank

c. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas. Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa struktur pengendalian intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya pemisahan tugas antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang mencatat penerimaan dari piutang tersebut.

8. Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih adalah keberadaan dari penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi atas kas dengan menghapus piutang yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang harus diperhatikan terhadap pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang pantas atas penghapusan piutang oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan setelah suatu penyelidikan general tentang alasan mengapa pelanggan tidak dapat membayar.

9. Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi yang berkaitan dengan siklus tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable value), hak dan kewajiban, serta penyajian da pengungkapan. Realizable value merupakan unsur yang penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi perhatian utama suatu business entity. Pengendalian yang lazim adalah:

  1. Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,
  2. Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang berwenang dan direview dengan semestinya

Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih.

No comments:

Post a Comment